Rabu, 02 Juli 2008

ANALISIS WACANA LAGU CAMELIA
KARYA EBIET G ADE
KAJIAN TEKSTUAL DAN KONTEKS SITUASI

Kurniawan

A. Pendahuluan
1. Wacana
Kridalaksana (2001) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hirearki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Menurut Leech (1974) di dalam Yuwono (2005) wacana dapat diklasifikasikan atas:
wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato
wacana fatis apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta
wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media masa
wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan, seperti wacana puisi dan lagu
wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau rekreasi dari mitra tutur atau pembaca.
Wacana yang akan dianalisis dalam makalah ini adalah lirik lagu Camelia karya Ebiet G Ade yang dikategorikan sebagai wacana estetik.

2. Mengapa lagu Camelia dipilih?
Ada beberapa alasan mengapa lagu Camelia diplih sebagai objek dalam analisis wacana di makalah ini. Salah satu hal yang menjadi alasan adalah lagu ini ditulis dan dinyanyikan oleh salah seorang penyanyi sekaligus penulis lagu ternama seantero Indonesia yang sebenarnya dia lebih senang disebut penyair, Ebiet G Ade. Eksistensinya di blantika musik Indonesia selama kurang lebih tiga dekade menjadi evidensi bahwa dia adalah musisi besar yang patut diperhitungkan dan dihargai. Apalagi bila ditengok banyaknya judul lagu yang telah dia telurkan dan banyaknya apresiasi yang dia dapatkan di berbagai event baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Jepang dan Malaysia.
Lagu Camelia merupakan salah satu lagu hits yang sekaligus sebagai judul album pertamanya yang dirilis pada tahun 1979. Camelia adalah lagu yang fenomenal dan monumental. Lagu cinta ini menjadi akrab di telinga masyarakat karena seringnya diperdengarkan melalui media elektronik. Hanya dalam waktu singkat setelah perilisan, lagu ini langsung meledak di pasaran. Camelia memiliki syair yang sangat indah dengan diksi yang mudah diterima di telinga namun mengandung makna atau pengertian yang dalam.
Sampai saat ini, setelah hampir tiga puluh tahun perilisan, lagu Camelia masih sering terdengar di media. Apalagi dalam setiap konser musik yang Ebiet adakan, baik dalam event besar maupun kecil, lagu Camelia hampir tidak pernah ketinggalan untuk dinyanyikan. Hal ini membuktikan bahwa lagu Camelia mempunyai sesuatu yang spesial. Karena alasan-alasan tersebut, lagu Camelia dipilih sebagai objek kajian dalam makalah ini.

3. Tentang Lagu Camelia
Lagu Camelia diciptakan oleh Ebiet G Ade. Ini adalah lagu cinta yang sangat indah dengan diksi yang menyentuh hati. Camelia lagu yang sangat akrab di masyarakat Indonesia. Meskipun untuk memahami pilihan kata yang digunakan diperlukan penafsiran yang mendalam. Dari leksikon–leksikon yang diciptakan, penikmat lagu dapat menikmati nilai estetika yang terkandung di dalamnya.
Tidak berbeda dengan lagu-lagu lain pada umumnya, lagu Camelia mempunyai kisah di dalamnya. Meskipun cerita di dalamnya sederhana, cerita itu menjadi menarik karena dibungkus dengan apik melalui deretan kata yang indah.
Lagu ini berkisah tentang seorang pria yang merindukan gadis idamannya yang selama ini selalu menghampiri mimpi-mimpinya. Dia berharap agar hidupnya tidak sepi lagi dengan kehadiran gadis tersebut. Kini dia menemukan seorang gadis yang bernama Camelia. Camelia datang mengisi hidupnya dan memberikan cintanya. Dia menganggap Camelia sebagai cahaya hidupnya dan memastikan bahwa Camelia adalah gadis impiannya yang selama ini menghiasi bunga tidurnya, sehingga hidupnya yang kesepian dapat terisi dan ceria kembali.

4. Tentang Ebiet G Ade dan karyanya
Ebiet G. Ade lahir di Wanadadi, Banjarnegara, 21 April 1955, dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu yang telah melegenda. Lagu-lagu yang ditelurkannya memiliki nuansa balada dan berkekuatan pada makna-makna syairnya.Ebiet memasuki lingkungan seniman Yogyakarta sejak 1971. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas (cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun, ketika masuk dapur rekaman, tidak ada syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Pria yang lebih senang disebut sebagai penyair itu, semula hanya menyanyi dengan berkonser di Jawa Tengah dan DIY, memusikalisasikan puisi-puisi dan hanya menganggapnya sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musikNusantara. Ebiet terpilih sebagai penyanyi favorit Radio ABRI ( 1989-1992), BASF Pemenang Penghargaan 1984 sampai 1988, dan penyanyi yang terbaik pada tahun1997 Indonesian Musical Awards.
Sampai 1990, ia telah meluncurkan 12 album, Camellia I (1979), Camellia II (1979), Camellia III (1980), Camellia IV (1980), Langkah Berikutnya (1982), Tokoh-Tokoh (1982), 1984 (1984), Zaman (1985), Isyu! (1986), Menjaring Matahari (1987), Sketsa Rembulan Emas (1988), dan Seraut Wajah (1990).
Ebiet selama lima tahun pernah jauh dari peredaran dan baru pada 1995, dirinya mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J. Budiardjo, Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun - Puisi-Puisi Cinta. Pada 1996 Ebiet mengeluarkan album Aku Ingin Pulang - 15 Hits Terpopuler. Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat lima lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan. Kemudian pada 2000 Ebiet, merilis album Balada Sinetron Cinta dan 2001 mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa danTohpati.Ebiet sendiri adalah suami Yayuk Sugianto kakak dari penyanyi Iis Sugianto pada 1982. Perkawinan mereka dikaruniai 4 orang anak, masing-masing Abietyasakti Ksatria Kinasih, Adaprabu Hantip Trengginas, Byatuasa Pakarti Hinuwih, Segara Banyu Bening.

B. Analisis Tekstual Lirik Lagu Camelia
Lirik lagu Camelia adalah sebuah teks karena di dalam lagu tersebut terdapat rangkaian pernyataan bahasa yang berupa untaian kata-kata dan baris-baris kalimat yang tersusun. Dengan demikian, yang dimaksud analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam,2004:87) yaitu berupa lirik lagu tersebut.
Berikut disajikan lirik lagu secara utuh dengan penomoran untuk mempermudah kepentingan praktik analisis dan mempermudah perujukan.
1. Dia Camelia 2. Puisi dan pelitaku 3. Kausejuk seperti titik embun membasah di daun jambu 4. Di pinggir kali yang bening
5. Sayap-sayapmu kecil lincah berkepak 6. Seperti burung camar 7. Terbang mencari tiang sampan8. Tempat berpijak kaki dengan pasti 9. Mengarungi nasibmu 10. Mengikuti arus air berlari
11. Dia Camelia 12. Engkaulah gadis itu 13. Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di stiap tidurku 14. Datang untuk hati yang kering dan sepi 15. Agar bersemi lagi 16. Hmm ... Bersemi lagi
17. Kini datang mengisi hidup 18. Ulurkan mesra tanganmu 19. Bergetaran rasa jiwaku 20. Menerima karuniamu
21. Camelia oh Camelia 22. Camelia oh Camelia 23. Camelia oh Camelia

Analisis tekstual lirik lagu Camelia ini meliputi analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal.

1. Analisis Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal wacana adalah analisis wacana mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana (Sumarlam, 2003:23). Aspek gramatikal analisis lirik lagu Camelia meliputi: pengacuan (referensi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konungsi).
a. Pengacuan (Referensi)
Pengacuan (referensi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu referen) yang mendahului atau mengikutinya. Dalam wacana lagu Camelia didapati tiga jenis pengacuan yaitu: persona, demonstratif, dan komparatif.
1) Pengacuan Persona
Realisasi dari pengacuan persona dapat dilihat dalam pronomina persona (kata ganti orang) yang terdapat dalam lagu Camelia baik persona pertama, kedua maupun ketiga. Pronomina kedua dan ketiga tunggal bentuk bebas: engkau dan dia dapat dilihat pada kutipan berikut.
(1) Dia Camelia. (1, 11)
(2) Engkaulah gadis itu. (12)
Pronomina pertama dan kedua tunggal lekat kanan –ku dan -mu pada kutipan berikut.
(3) Puisi dan pelitaku (2)
(4) Kausejuk seperti titik embun membasah di daun jambu. (3)
(5) Sayap-sayapmu kecil lincah berkepak (5)
(6) Mengarungi nasibmu (9)
(7) Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di stiap tidurku (13)
(8) Ulurkan mesrah tanganmu (18)
(9) Bergetararan rasa jiwaku (19)
(10) Menerima karuniamu (20)

Kutipan (1) pronomina ketiga tunggal bentuk bebas dia dan pronomina tunggal kedua bentuk bebas engkau pada engkaulah (2)dan pronomina kedua bentuk terikat kanan –mu pada sayap-sayapmu (5), nasibmu (6), tanganmu (8) dan karuniamu (10) dan bentuk terikat kiri kau- pada kausejuk (4) merupakan pengacuan bersifat endoforis karena yang diacu berada di dalam teks yaitu, gadis atau Camelia. Sementara itu, pronomina pertama tunggal bentuk terikat kanan -ku pada pelitaku (2), tidurku (7), dan jiwaku (9) merupakan pengacuan bersifat eksoforis karena yang diacu berada di luar teks yaitu, penulis, Ebiet G Ade.

2) Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif meliputi pengacuan demonstratif waktu (temporal) dan pengacuan demonstratif tempat (lokasional). Di dalam lirik lagu Camelia ini ditemukan kedua macam pengacuan demonstratif, waktu dan tempat, seperti pada kutipan berikut.
(11)Kausejuk seperti titik embun membasah di daun jambu. (3)
(12) Di pinggir kali yang bening (4)
(13) Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurku (13)
(14) Kini datang mengisi hidup (17)
Pada di daun jambu (11), di pinggir kali (12), dan dalam mimpi-mimpi (13) mengacu pada demonstratif tempat sedangkan pada di setiap tidurku (13) dan kini (14) mengacu pada demonstratif waktu.

3) Pengacuan Komparatif
Pengacuan komparatif adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan dalam bentuk sikap, sifat, watak, perilaku dan sebagainya (Sumarlam, 2003:25). Kata-kata yang digunakan dalam membandingkan yaitu, seperti, bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Dalam lagu Camelia ditemukan hanya ada satu kata yaitu, seperti.
(15) Kausejuk seperti titik embun membasah di daun jambu. (3)
Pada kutipan 15 kata seperti mengacu pada perbandingan persamaan antara kau- yang mengacu pada Camelia dengan titik embun. pengacuan ini termasuk pengacuan endoforis karena yang diacu terdapat di dalam teks yang disebutkan sebelumnya.

b. Penyulihan (Substitusi)
Penyulihan (substitusi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebutkan) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Penyulihan dapat dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Ditemukan hanya substitusi verbal dalam lirik lagu Camelia, seperti pada kutipan berikut.
(16) Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di stiap tidurku (13)
(17) Datang untuk hati yang kering dan sepi (14)

Pada kutipan 16 dan 17 tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori verba hadir dengan satuan lingual lain yang berkategori sama, yaitu datang. Dengan demikian terjadi substitusi verbal pada kutipan tersebut.

c. Pelesapan (Ellipsis)
Pelesapan (elipsis), yaitu penghilangan satuan lingual tertentu, sering terdapat dalam lirik lagu. demikian juga dalam lagu Camelia karya Ebiet G Ade, seperti pada kutipan-kutipan berikut.
(18a) ǾPuisi dan pelitaku (2)
(18b) Dia puisi dan pelitaku
(20a) ǾTerbang mencari tiang sampan (7)
(20b) Kamu terbang mencari tiang sampan
(21a) ǾTempat berpijak kaki dengan pasti (8)
(21b) Tiang sampan tempat berpijak untuk kaki dengan pasti
(22a) Ǿ Mengarungi nasibmu (9)
(22b) Kamu mengarungi nasibmu
(23a) Ǿ Mengikuti arus air berlari (10)
(23b) Kamu mengikuti arus air sambil berlari
(24a) Ǿ Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurku (13)
(24b) Kamu yang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku di setiap tidurku
(25a) Ǿ Datang untuk hati yang kering dan sepi (14)
(25b) kamu datang untuk hatiku yang kering dan sepi
(26a) Agar Ǿ bersemi lagi (15)
(26b) Agar aku bersemi lagi
(27a) Hmm... Ǿ bersemi lagi (16)
(27b) Hmm...agar aku bersemi lagi
(28a) Kini Ǿ datang mengisi hidup (17)
(28b) Kini kamu datang untuk mengisi hidupku
(29a) Ǿ Ulurkan mesrah tanganmu (18)
(29b) Kamu mengulurkan mesrah tanganmu
(30a) Ǿ Bergetaran rasa jiwaku (19)
(30b) Sehingga bergetaran rasa jiwaku
(31a) Ǿ Menerima karuniamu (20)
(31b) Aku menerima karuniamu
Tampak pada kutipan-kutipan diatas, pronomina ketiga tunggal dia (18) dilesapkan begitu juga pronomina kedua tunggal kamu (20, 22, 23, 24, dan 25) dan pronomina pertama tunggal aku (26, 27, dan 31). Pelesapan pronomina pertama lekat kanan –ku (25 dan 28). Selain itu terjadi pula pelesapan konjungsi sehingga (30) dan agar (27), preposisi untuk (21), dan prefiks me-(29). Pelesapan-pelesapan itu terjadi karena pertimbangan keefektifan atau keefisienan kalimat, disamping itu tentunya juga untuk mengejar harmoni lirik supaya menjadi indah dan lebih ekspresif.

d. Perangkaian (Konjungsi)
Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Adapun unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kaliamat bahkan paragraf. Di dalam lirik lagu Camelia ditemukan satu konjungsi dan, seperti pada kutipan berikut.
(32) Puisi dan pelitaku (2)
(33) Datang untuk hati yang kering dan sepi (14)
Dapat dilihat pada kutipan (32), konjungsi dan digunakan untuk merangkaikan nomina puisi dan pelitaku sedangkan pada kutipan (33) digunakan untuk merangkaikan ajektiva kering dan sepi. Konjungsi dalam kedua kutipan tersebut bermakna penambahan atau aditif.


2. Analisis Aspek Leksikal
Kepaduan wacana lirik lagu selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata, oposisi makna), dan ekuivalensi (kesepadanan bentuk). Dari keenam piranti kohesi leksikal itu, tentu tidak semuanya dimanfaatkan oleh pencipta lagu dalam lagu ciptaannya.
a. Repetisi (Pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Repetisi yang terjadi dalam lirik lagu Camelia adalah repetisi epistrofa (Gorys Keraf, 1994: 128) yaitu pengulangan satuan lingual kata/frasa pada akkhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat dalam (prosa) secara berturut - turut seperti pada kutipan berikut.
(34) Agar bersemi lagi (15)
(35) Hmm...bersemi lagi (16)
Dari kedua kutipan tersebut tampak pengulangan frasa bersemi lagi. Selain itu terdapat pengulangan penuh seperti kutipan di bawah ini.
(36) Dia Camelia (1)
(37) Dia Camelia (11)
(38) Camelia oh Camelia (21)
(39) Camelia oh Camelia (22)
(40) Camelia oh Camelia (23)
Kutipan (36) diulang persis sama dengan (37) begitu juga pada kutipan (21) diulang lagi pada (22 dan 23)

b. Sinonimi (Padan Kata)
Salah satu aspek leksikal yang dimanfaatkan untuk mendukung kepaduan wacana adalah sinonimi atau padan kata. Sinonimi ini berdasarkan wujud satuan lingualnya dapat dirinci menjadi lima macam, yaitu sinonimi antara morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan kata, kata dengan frasa atau sebaliknya, frasa dengan frasa, klausa/kalimat dengan klausa/ kalimat. Dalam lagu Camelia ditemukan hanya satu macam sinonimi yaitu, sinonimi morfem terikat dengan morfem bebas.
(41) Kausejuk seperti titik embun membasah di daun jambu (3)
(42) Engkaulah gadis itu (12)
Pada kutipan diatas, morfem terikat kau- bersinonim dengan morfem bebas engkau.

c. Kolokasi (Sanding Kata)
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu ranah tertentu untuk mendukung suatu tema tertentu (Sumarlam, 2003:44) . Perasaan Cinta dan keindahan dalam wacana Camelia terangkum dalam kata-kata sejuk, embun, basah, air, kali, bening, dan bersemi.
(43) Kausejuk seperti titik embun membasah di daun jambu (3)
(44) Di pinggir kali yang bening (4)
(45) Mengikuti arus air berlari (10)
(46) Agar bersemi lagi (15)
(47) Hmm...bersemi lagi (16)
Sedangkan kebahagiaan tercakup dalam kata burung, camar, sayap, berkepak dan terbang
(48) Seperti burung camar (6)
(49) Sayap-sayapmu kecil lincah berkepak
Sementara, harapan dan semangat terangkum dalam kata kaki, berpijak, dan berlari
(50) Tempat berpijak kaki dengan pasti (8)
(51) Mengikuti arus air berlari (10)
d. Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah)
Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut “hipernim”. Dalam lagu Camelia terdapat satu hiponim yaitu kata Camar yang dapat tercakup ke dalam kata burung.
(52) Seperti burung camar (6)
Camar merupakan hiponim dari kata burung

C. Analisis Konteks Situasi Lirik Lagu Camelia
Di dalam makalah ini, konteks situasi yang dikaji dibatasi pada konteks fisik, epistemis, dan konteks sosial.
1. Konteks Fisik
Konteks fisik dalam lagu Camelia terdiri atas tiga aspek yaitu terjadinya suatu peristiwa, objek atau topik yang dibicarakan, dan tindakan penulis lagu ini.
Pemahaman konteks situasi dilakukan dengan prinsip penafsiran yang meliputi; prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, dan prinsip penafsiran temporal.
a. Prinsip Penafsiran Personal
Prinsip penafsiran persnal berkaitan dengan siapa yang sebenarnya menjadi partisipan dalam suatu wacana. Dalam wacana lagu Camelia , partisipan pertama adalah penulis lagu atau penyanyi yang dalam lagu ini dinyatakan dengan pronomina pertama terikat lekat kanan -ku, seperti tampak pada lirik lagu baris 2, 13, dan 19.
Penulis ditafsirkan sedang bahagia karena telah menemukan cintanya yang selama ini telah ia impikan. Bukti penafsiran tersebut dapat dilihat pada lagu baris ke 11 sampai 20. Dari lirik tersebut juga dapat diketahui bahwa penulis pernah mengalami kesedihan atau kesepian dalam hidupnya dan ia ingin hidupnya cerah kembali seperti pada lagu baris ke 14 sampai 16.
Partisipan kedua adalah gadis yang dalam lagu ini bernama Camelia yang disebut pada baris 1 dan baris ke 11. camelia adalah gadis yang cantik dan lincah yang digambarkan seperti burung camar (baris 5 dan 6). Dia gadis impian penulis (baris 11 sampai 13) yang akhirnya memberikan cintanya kepada penulis (baris 17 sampai 20). Meskipun pada penafsiran lokasional yang akan dibahas berikutnya dikatakan bahwa kisah ini terjadi di desa, ditafsirkan Camelia adalah bukan penduduk asli desa tersebut. Penafsiran ini diambil berdasarkan nama Camelia yang sebenarnya bukan nama orang desa dari Jawa, sesuai dengan daerah asal penulis, apalagi lagu ini diciptakan tahun tujuh puluhan. Selain itu, baris 11 sampai 13 juga dapat menjadi buktinya. Dari baris itu, penulis seakan-akan baru bertemu Camelia, karena selama ini dia hanya bertemu lewat mimpi saja. Karena belum pernah bertemu sebelumnya jadi dapat disimpulkan bahwa Camelia bukan penduduk setempat.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional
Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana. Kisah yang terjadi di dalam lagu Camelia ditafsirkan berlokasi di sebuah desa. Hal ini dapat dibuktikan melalui frasa atau kata sejuk, titik embun, pinggir kali yang bening, dan burung camar (baris 3, 4, dan 6). Referen dari kata-kata tersebut hampir tidak dapat dijumpai di kota. Juga dapat diketahui bahwa di desa tersebut terdapat sungai yang cukup besar dibuktikan dengan kata sampan (baris 7). Sampan tidak ada di sungai yang kecil.

c. Pinsip Penafsiran Temporal
Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya kita dapat menafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).
Dalam lirik lagu Camelia ini hanya ditemukan satu kata penanda waktu yaitu kini (baris 17). Kata kini mensiratkan waktu diciptakannya lagu tersebut, jadi dapat diperkirakan sekitar tahun tujupuluhan karena lagu dirilis tahun 1979.. Tidak dapat diketahui dengan pasti kapan kejadian ini berlangsung atau kapan lagu ini diciptakan tapi dapat ditafsirkan lagu ini tercipta tahun tujuh puluhan sebelum dia menikah. Alasan penafsiran tersebut adalah pertama lagu ini dirilis tahun 1979 dan yang kedua, dalam lagu ini berkisah tentang pencarian cinta, jadi kemungkinan saat itu dia belum menikah dan masih usia remaja.

2. Konteks Epistemis
Konteks epistemis berkenaan dengan masalah latarbelakang yang diketahui oleh penulis. Penulis lagu menemukan sebuah kenyataan bahwa mimpi yang selama ini dia alami pada akhirnya dapat terwujud dengan datangnya Camelia dalam hidupnya sehingga berakhir bahagia (baris 17 sampai 20)

3. Konteks Sosial
Konteks sosial menunjuk pada relasi sosial dan setting dalam lagu. Dalam hal ini adalah hubungan antara penulis dan gadis yang bernama Camelia yang merupakan hubungan dua manusia, laki-laki dan perempuan. Dalam hubungan ini penulis mengungkapkan kekaguman-kekagumannya terhadap Camelia sehingga tumbuh benih cinta dan pada akhirnya Camelia menerimanya (baris 17 sampai 20)

D. Penutup
Dalam analisis lagu Camelia dari dari aspek gramatikal ditemukan pengacuan (referensi) yang meliputi pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif, pelesapan (elipsis), penyulihan (substitusi), perangkaian (konjungsi). sedangkan dari aspek leksikal ditemukan repetisi, sinonomi, kolokasi, dan hiponimi.
Dari konteks situasi yang dalam hal ini terdiri dari kontek fisik dapat ditafsirkan bahwa kejadian ini terdapat dua partisipan yaitu penulis dan gadis bernama Camelia. Tempat peristiwa belangsung di sebuah desa dan baru saja terjadi (sampai sekarang), dari konteks epistemis dapat ditafsirkan bahwa penulis lagu menemukan sebuah kenyataan bahwa mimpi yang selama ini dia alami pada akhirnya dapat terwujud dengan datangnya Camelia dalam hidupnya sehingga berakhir bahagia. Sedangkan dari konteks sosial, ini adalah hubungan antara dua orang laki-laki dan perempuan yang akhirya menjalin hubungan cinta.


E. Daftar Pustaka

Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Kushartati, 2005. Pesona Bahasa. Depok: PT Gramedia Pustaka Utama
Sumarlam, 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra
, 2004. Analisis Wacana. Bandung. Pakar Raya

www. pintunet.com

Tidak ada komentar: